POSITIVE THINKING

Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah. - Mazmur 55:23
============================================

Rasanya sakiiit banget! Makanan seenak apapun, duit sebanyak apapun, temen sebaik apapun, kayaknya nggak bisa bikin kita melupakan setiap gelak tawa 'n senyum pertama si doi. Setelah kata “putus” terucap dari bibirnya, rasanya dunia nggak lagi berputar, singkatnya kiamat geto. Dalam keadaan seperti ini kita sering berpikir untuk melakukan hal-hal nekat, misalnya: ngancam mau bunuh diri, bikin surprise “katakan cinta” kaya di tv, bahkan kalo si doi beda agama kita bela-belain pindah ke agama mantan pacar kita. Semuanya itu kita lakuin dengan harapan supaya si doi mau balik lagi ama kita. Tentu hal seperti ini bisa jadi masalah serius bila kita tidak segera bangkit dari keterpurukan.


Sebenarnya punya pacar ato nggak toh langit tetep biru warnanya, bumi masih berputar, 'n nyokap tetep ngasih uang jajan buat kita nongkrong di kantin. Singkatnya, ngejomblo bukanlah dosa, kenapa musti takut? Justru saat kita ngejomblo Tuhan memberi waktu buat kita introspeksi diri sampai waktu yang tepat datangnya cowok yang memang disediakan Tuhan buat kita. Para konselor mengatakan bahwa ada kalanya manusia butuh waktu untuk menyendiri. Pakailah perpisahan sekarang ini menjadi saat bagi kita mengoreksi diri, siapa tahu Tuhan ijinkan semua ini terjadi karena kita memang udah pacaran dengan orang yang salah alias nggak sesuai dengan kemauan Tuhan. Jangan pernah mengira bahwa Tuhan senang melihat kita menderita semuanya ini, semua itu nggak bener! Dia menginginkan yang terbaik terjadi dalam hidup kita.

Meski dunia mengajak para korban patah hati untuk melampiaskan semua keruwetan masalahnya dengan hal-hal negatif, stop! Solusi masalah kita sekarang adalah dengan belajar bersikap dewasa dan menerima otoritas Tuhan atas hidup kita, termasuk menentukan siapa pasangan yang cocok dan menurut kehendak hati-Nya. Yang pasti pilihan Tuhan nggak mungkin salah deh, kamu pasti suka. Ok, kini saatnya bangun dari mimpi buruk dan hapus air matamu supaya cowok-cowok bisa melihat senyum manismu lagi. Siapa tahu salah satunya adalah cowok kiriman Tuhan.

www.renungan-spirit.com

KETETAPAN HATI SEORANG JOHN CALVIN

Pergumulan dengan Tuhan melalui keluarga dan sahabat

Yohanes Calvin adalah seorang yang visioner dan fokus, betul - betul mengasihi Tuhan dan memberikan pengabdian tuntas untuk memberikan yang terbaik. Demikian dalam memilih pasangan hidup.

Berikut adalah standar yang ditentukan Calvin untuk calon istrinya.
"The only kind of beauty which can win my soul is a woman who is chaste (bersih), not fastidious (tidak menuntut/ cerewet), economical (sederhana), patient (sabar), and who is likely to interest herself in my health ( memperhatikan kesehatanku)."

Terlihat sulit ya, apalagi di jaman sekarang. Tapi itu baru standar dari seorang Yohanes Calvin, belum standar dari Alkitab sendiri ( baca Amsal 31: 10-31), maka bisa2 semua pria tidak menikah. Tentu saja Alkitab tidak bermaksud ingin membuat setiap pria tidak menikah, ayat2 tersebut dimaksudkan agar setiap wanita sungguh-sungguh mengusahakan diri untuk menjadi perempuan yang sejati. Dan jadi standar bagi kaum wanita dalam mempertimbangkan pasangannya. Ditengah segala keterbatasan dan kelemahan tetap ada batas toleransi yang Tuhan ijinkan dimana pasangan laki - laki dan perempuan itu saling melengkapi.

Lalu bagaimana dengan Calvin? Siapakah wanita yang membuatnya jatuh cinta?

Idelette de Bure of Guelderland adalah janda dari John Storder dari Liege. Pada tahun 1530, Idelette dan suaminya mengungsi ke Strasburg karena penganiayaan atas Injil yang mereka percaya. Pada tahun 1538, Calvin memulai pelayanannya di Strasburg dan kemudian menjadi dekat dengan John Storder dan Idelette. 2 tahun kemudian, John meninggal karena wabah penyakit yang menyebar saat itu dan Idelette menjadi janda. Akhirnya, berkat jasa Martin Bucer, Idelette dapat muncul di kepala Calvin yang super sibuk dan akhirnya Calvin pun menyadari keindahan dalam diri Idelette. Dia lalu menikah dengan Idelette.

dari:cerita-kristen.com

BISKUIT YANG DITUKAR DENGAN BUNYI


Darat!” seru seorang kelasi yang sedang bertengger di mercu yang tiang itu. “Ada darat di sana!” Suaranya mengalun dari atas ke bawah, ke geladak kapal layar yang sedang melintasi Lautan Pasifik itu. Seluruh isi kapal itu segera naik dari bawah. Sudah lama mereka rindu menyaksikan daratan! Ada kelasi yang mulai naik ke tiang layar untuk dapat melihat lebih jauh ke arah haluan. Ada penumpang yang lari ke kayu rimbat di pinggir geladak. Salah seorang penumpang itu adalah seorang pemuda bernama John Geddie. Ia pun rindu sekali menyaksikan daratan yang sudah nampak di kejauhan itu. Pasti daratan itu lain sekali daripada apa saja yang pernah dilihatnya sepanjang umur. John Geddie berasal dari negara Kanada, propinsi Nova Skotia. Ia sudah mengenal lautan, tetapi lautan di sana ditumbuhi pohon cemara dan pines, dan sering tertutup salju.

Lain sekali dengan daratan yang sedang dituju oleh kapal layar itu! John Geddie telah datang ke daerah Pasifik Selatan yang panas lembab, agar ia dapat memberitakan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus kepada para penduduk Kepulauan Vanuatu. Atau lebih tepat, Ia berharap ada kesempatan memberitakan Kabar Baik kepada mereka, sebelum mereka sempat memakan dia, karena pada tahun 1848, masih ada di antara penduduk Vanuatu itu yang suka makan daging manusia.

Selama kapal berlayar mendekati pelabuhan, John Geddie menunggu dengan perasaan kurang sabar. Pulau itu nampaknya seperti zamrud hijau ditengah-tengah lauatan nan biru. Pohon-pohon palem menjulang tinggi di pantai pasir putih.

Ternyata pulau yang pertama-tama dilihat John Geddie itu bernama pulau Aneityum. Penduduk pulau itu sudah biasa didatangi orang asing. Mereka suka berdagang dengan para pendatang yang naik kapal dari jauh. Jadi, John tidak usah khawatir akan dibunuh dan dimakan selama ia menetap dipulau Anityum itu.

Dengan mudah John Geddie menyewa sebuah rumah. Para tetangganya yang baru itu rupanya cukup ramah. Namun mereka kurang berminat akan ajarannya tentang Tuhan Yang Maha Esa.

“Kami punya ilah-ilah sendiri,” demikian kata orang-orang Vanuatu itu.

“Buat apa kamu mau mendengar tentang ilah lain yang diceritakan orang asing yang warna kulitnya sudah luntur itu?”

Tidak lama kemudian, kapal laut yang telah membawa John Geddie ke pulau Aneityum itu berangkat lagi. Ia berdiri di pantai sambil melambaikan tangannya selama layar itu kelihatan semakin kecil di kejauhan.

Di pantai itu, di kelilingnya berdiri bapak-bapak, ibu-ibu, dan anak-anak. Mereka semua asyik bercakap-cakap. Namun tidak ada satu kata pun yang dapat dipahami oleh John Geddie.

“Sudah jelas, aku harus belajar bahasa mereka,” kata John dalam hatinya.

Maka pada saat kapal layar itu makin menghilang di lautan lepas, ia mulai mendengarkan baik-baik lagu kalimat yang sedang diucapkan disekitarnya.

Penduduk pulau Aneityum yang suka berdagang itu cukup pandai berbicara bahasa Inggris. Mereka biasa bisa menggali akar ararut (ubi garut), lalu menawarkannya kepada para pendatang. Biasanya daripada menerima uang, mereka lebih suka tukar-menukar saja, sehingga dengan demikian mereka mendapat barang-barang yang mereka inginkan.

Tetapi masalahnya, bahasa Inggris yang cocok untuk perdagangan tukar menukar itu, bukanlah bahasa Inggris yang cocok untuk memberitakan Kabar Baik tentang Tuhan Yesus. Apa lagi, John Geddie tidak berminat mengajarkan bahasa Inggris kepada penduduk pulau itu.

“Buat apa aku mengajar mereka membaca Alkitab dalam bahasa Inggris?”

tanya John pada dirinya sendiri. “Sebaiknya, aku mau belajar bahasa Aneityum, bahasa mereka. Bila aku menceritakan isi Alkitab, aku ingin supaya mereka semua dapat mengerti, dari nenek yang paling tua samapi anak yang paling kecil. Aku ingin menjadi begitu pandai berbicara dalam bahasa mereka, sampai-sampai mereka akan merasakan bahwa aku adalah salah seorang dari antara mereka.”

Tidak lama kemudian, John Geddie memang dapat mengucapkan banyak kata dalam bahasa Aneityum. Namun ia belum puas. Ia sering meminta orang-orang Vanuatu mengulangi sampai berkali-kali satu kata yang sama.

Ia pun minta supaya satu kata itu mereka ucapkan dengan sangat pelan-pelan, agar ia dapat membeo bunyi yang sedang didengarnya itu.

Tetapi penduduk pulau itu kurang senang jika terus-menerus mengulangi kata-kata yang sama. Malu rasanya, jika harus bertalu-talu mengluarkan bunyi yang sama, hanya agar seorang asing dapat memperhatikan mulut mereka. Lambat laun mereka tidak segan-segan menyatakan rasa bosan atau rasa tersinggung mereka; satu persatu mereka meninggalkan di seorang diri.

“Wah, bagaimana aku dapat menguasai bunyi bahasa ini?” tanya John Geddie pada dirinya sendiri. “Apa lagi, jika aku tidak dapat menguasai bunyinya, bagaimana aku dapat menyusun tanda-tanda tulisan untuk bahasa ini yang belum pernah ditulis?”

Pada suatu hari John sedang mengunyah sepotong biskuit kapal. Biskuit kapal itu lain daripada biskuit kaleng–keras sekali, dan rasanya asin.

Justru karena kerasnya, biskuit semacam itu dapat bertahan lama. Pada masa lampau, selama pelayaran yang memakan waktu panjang, biskuit kapal biasa dibawa serta sebagai bekal.

Mula-mula John Geddie tidak suka memakan biskuit kapal. Tetapi lambat laun ia mulai menyukai rasanya, sehingga pada waktu kapal hendak melanjutkan perjalanannya, ia minta supaya ditinggalkan satu peti biskuit itu baginya. Sewaktu-waktu ia mengunyah sepotong biskuit yang keras dan asin rasanya itu.

Pada waktu John sedang makan-makan, kebetulan lewatlah seorang Vanuatu. Ia salah seorang penduduk setempat yang telah meninggalkan John tanpa pamit, karena ia bosan atau tersinggung jika diminta berulang-ulang mengucapkan kata yang sama. Namun John ingin tetap bersikap ramah terhadap tetangganya itu, maka ia menawarkan sepotong biskuit kapal kepadanya.

“Silakan coba!” katanya dalam bahasa Inggris.

Dengan agak was-was orang itu mulai mencicipi. Ia mengunyah biskuit yang keras itu. Ia menjilat dengan lidahnya. Lalu ia mengunyah lagi. Sudah jelas, ia menyukai biskuit yang asin rasanya itu.

Setelah selesai, ia mengulurkan tangannya. Tetapi John Geddie baru mendapat akal. Ia tidak segera memberikan lagi kepada tetangganya itu.

“Ayo, tukar!” kata John. Dan memang mereka mulai tukar-menukar. Yang diterima John sebagai pengganti biskuit itu, bukannya barang melainkan bunyi-bunyi yang diucapkan berulang-ulang.

Dengan cepat berita itu mulai tersiar, “Orang asing yang aneh itu rela memberikan makanan yang enak, asal saja ada penduduk yang rela membuang waktu dengan berkali-kali mengucapkan kata-kata dalam bahasanya sendiri!”

Maka selanjutnya John tidak pernah kekurangan penolong dalam usahanya belajar bahasa setempat.

Sepotong demi sepotong ia menawarkan biskuit kapal itu kepada penduduk setempat. Satu demi satu ia menguasai bunyi yang biasa dilafalkan dalam bahasa mereka, sampai dapat membeo setiap kata dengan tepat dan jelas.

Sementara itu, John Geddie juga sudah menyusun semacam abjad bahasa Aneityum. Ia mulai mencatat kata-kata dalam bentuk tulisan. Tidak lama kemudian, kepada para tetangganya ia dapat bercerita tentang Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga dapat bercerita tentang Yesus Kristus, yang sangat mengasihi semua orang.

Cerita-cerita yang disampaikan John Geddie itu berasal dari Kitab Injil Markus. Setiap kali bercerita, ia pun mencatat kata-kata dari ceritanya itu. Lambat laun ia dapat menyusun seluruh Injil Markus dalam bahasa Aneityum.

Penduduk pulau itu sudah mulai mengenal John Geddie; ia pun sudah semakin mengenal mereka. Mereka mulai saling mempercayai dan saling mengasihi. Oleh para tetangganya John sering dibawa serta pada waktu mereka pergi menjala ikan atau memelihara tanaman ubi ararut. Mereka memperlihatkan kepadanya bagaimana mereka menggali akar ararut, serta menyiapkan hasil tumbuhan itu untuk dijual.

Mereka juga mengajar John tentang adat mereka, tentang dongeng mereka, tentang cara mereka beribadah. Dengan panjang sabar John pun mengajar mereka tentang Tuhan Yesus Kristus. Lambat laun ada banyak di antara mereka yang menjadi orang Kristen.

Di samping mengajar, John Geddie juga masih terus menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa setempat. Setelah Kitab Injil Markus selesai, naskahnya dikirim ke Australia untuk dicetak. Ketika buku-buku kecil yang berisi Injil Markus itu sudah kembali lagi, sebagian penduduk Vanuatu merasa sangat senang: Mereka dapat membaca firman Allah dalam bahasa mereka sendiri! Tetapi sebagian lagi merasa sangat sedih, karena mereka itu masih buta huruf.

Maka John Geddie mulai mengajar orang-orang yang buta huruf itu, agar mereka dapat membaca bahasa mereka sendiri. Sementara itu, ia pun terus mengalihkan Firman Allah ke dalam bahasa mereka. Ketika Kitab Injil Matius selesai, John berhasil membeli sebuah alat cetak kecil. Selanjutnya hasil karyanya itu dapat langsung dicetak di Vanuatu.

Akhirnya seluruh Kitab Perjanjian Baru selesai diterjemahkan ke dalam bahasa Aneityum. Dengan gembira John Geddie berkata kepada kawan-kawannya, “Sekarang kita harus mencetaknya.”

Tetapi Kitab Perjanjian Baru itu terlalu tebal; tak mungkin dikerjakan dengan alat cetak kecil yang sudah ada. Maka John Geddie mengumpulkan para pemimpin masyarakat setempat.

“Sekarang sudah ada Kitab Perjanjian Baru dalam bahasa kalian sendiri,” ia mengumumkan.

“Benar!” jawab pemimpin mereka yang tertua. “Sungguh bagus dan ajaib, bahwa hal itu sudah terwujud.”

“Selanjutnya,” kata John, “banyak salinan yang harus dibuat oleh mesin.”

Para pemimpin masyarakat akan menunggu perkataannya lebih lanjut.

“Hal itu menuntut uang.”

Tidak ada seorang pun yang berbicara.

“Aku tidak punya uang,” kata John dengan sedih.

“Kami juga tidak punya uang,” kata para pemimpin.

Hening sejenak. Lalu John Geddie berbicara lagi: “Namun kalian sudah biasa menawarkan akar arurat kepada para pedagang kapal. Apakah kalian rela menyisihkan sepersepuluh dari hasil tukar-menukar itu? Apakah kalian rela menguangkan yang sepersepuluh itu, agar dapat dipakai untuk mengongkosi pencetakan Alkitab?”

Para pemimpin itu pulang dan berunding dengan rakyat. Lalu mereka melaporkan bahwa rakyat Vanuatu memang rela menyisihkan sepersepuluh dari hasil perdagangan mereka.

Setelah sepersepuluh itu diuangkan, hasilnya dua ribu dolar. John Geddie mengirimkan uang itu beserta naskah Kitab Perjanjian Baru berbahasa Aneityum, agar dapat dicetak ditempat yang jauh.

Berbulan-bulan lamanya John dan kawan-kawannya menunggu. Lalu pada suatu hari, ada sebuah kapal yang sedang membongkar muatannya di pulau Aneityum. Di antara muatannya itu ada beberapa bungkusan besar yang dialamatkan kepada John Geddie.

Setiap keluarga di pulau itu menerima sebuah Kitab Perjanjian Baru. Namun di antara mereka masih ada yang belum pandai membaca.

“Mari kita mengadakan sayembara!” usul John. Beberapa hadiah di tawarkan kepada orang-orang yang berhasil membacakan Perjanjian Baru secara tepat dan jelas. Dengan rajin mereka bersaing untuk menjadi pandai membaca Firman Allah. Ternyata setiap hari ada sebanyak dua ribu orang Vanuatu asyik membacakan Alkitab. Dan sisa penduduk pulau itu asyik mendengarkan pembacaan mereka.

Sementara itu, John Geddie masih tetap meneruskan tugasnya sebagai guru dan penerjemah. Menjelang tahun 1872, hampir seluruh Kitab Perjanjian Lama sudah dialihkan ke dalam bahasa Aneityum.

Dua puluh empat tahun sudah lewat sejak kelasi itu menyerukan “Darat!” dari mercu tiang layar yang sedang membawa John Geddie dari jauh. Dan pada tahun yang kedua puluh empat itu juga, John Geddie pun tutup usia.

Para penduduk Vanuatu berkabung. “Ia telah meninggalkan kita,” kata mereka. “Ia telah berpulang ke surga.” Lalu mereka memasang sebuah plaket pada dinding gedung gereja terbesar di pulau Aneityem. Di atas plaket itu terukir kata-kata ini:

“Ketika ia mendarat pada tahun 1848, Di sini tidak ada orang Kristen. Ketika ia berpulang pada tahun 1872, Di sini tidak ada orang kafir.”

~ Elia Stories

Percaya Tanpa melihat

tanda-tanda kiamat

HUMOR KEMBALI KE SEKOLAH

Guru: Myron, sebutkan satu hal penting yang kita miliki sekarang tetapi yang belum kita miliki 10 tahun yang lalu!
Myron:Saya!
-=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=-
Guru:Frankie, mengapa kamu selalu kotor sih!
Frankie:Oh, itu kan karena saya masih kecil, jadi lebih dekat dengan tanah daripada bu guru.
-=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=-
Ellen:Dapatkah Ayah menulis di tempat yang gelap?
Ayah:Tentu saja, sayang. Kamu ingin Ayah menulis apa?
Ellen:Tandatangan Ayah dalam raportku.
-=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=-
Ibu:Ya ampun?! mengapa kamu menelan uang yang ibu berikan padamu?
Benny:Tapi, Ibu sendiri khan yang bilang, itu uang makan siangku?!
-=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=-
Guru:Jadi, jika bu guru punya tujuh buah jeruk di tangan kiri dan delapan buah jeruk di tangan kanan, berapa yang Ibu miliki?
George Jr:Dua tangan yang sangat *besar*!
-=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=- -=*=-
Guru:George, lihat di peta dan cari Amerika Utara.
George:Ini dia! Tepat di sini!
Guru: Tepat sekali. Nah, anak-anak, siapakah penemu Amerika Utara?
Anak-anak: George!

/Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga.* (Matius 18:4)

Sumber: "Back to School Laughs".

IMAN YANG MENOLONG

Seorang bapak yang telah kehilangan penglihatan sejak lama karena sakit, menghampiri pendeta yang baru saja melayankan kotbah pada kebaktian hari minggu di gereja.
Bapak: "Pak pendeta, tolong saya didoakan agar penglihatan saya normal kembali.."
Pendeta: "Baiklah saya akan berdoa untuk bapak, tapi satu hal saya ingin bertanya kepada bapak, bagaimana bapak bisa sampai tempat ini?? "
Bapak: "Saya berjalan dengan Iman, Pak.."
Pendeta: (dengan setengah berteriak) "Bagus... dengan iman pula bapak akan disembuhkan dari penyakit yang bapak derita.."
Bapak : "Man...man...Iman...(memanggil anaknya) sini Nak...kenapa kamu tidak bilang dari dulu kalau kamu bisa menyembuhkan Bapak ??"
Pendeta:"????.."

Ia berkata kepada mereka: /"Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.* (Matius 17:20)

Kiriman dari: .

GURU DAN MURID SEKOLAH

Seorang guru Sekolah Minggu sedang bercerita tentang pencobaan yang dialami Tuhan Yesus di padang gurun. Kebetulan ia mengajar di kelas anak-anak yang terkenal pintar namun bandel.
Guru:"Adik-adik, ketika Tuhan Yesus dicobai Setan untuk mengubah batu menjadi roti, apa yang dikatakan Tuhan Yesus?"
Murid:(terdiam)
Guru: "Tuhan Yesus berkata,´Manusia tidak hidup dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah´."
Tiba-tiba seorang murid mengangkat tangan.
Guru:"Joe, apa yang ingin kamu katakan?"
Joe : "Kalau saya jadi Tuhan Yesus bukan seperti itu yang akan saya katakan."
Guru : "O,ya? Lalu kalau kamu jadi Tuhan Yesus apa yang akan kamu katakan?"
Joe:"Saya akan berkata,´Setan, jangankan membuat roti dari batu, kalau saya mau, kamu pun bisa saya jadikan roti!´

Ia berkata kepada mereka: /"Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.* (Matius 17:20)

Kiriman dari "Charisma" .

TEMPAT ZAKHEUS

Suatu waktu, seorang guru sekolah minggu bercerita mengenai si Zakheus kepala pemungut cukai yang kaya raya di kota Yerikho.

Guru sekolah minggu: "Anak-anak, ketika Yesus memasuki kota Yerikho, ada seorang pemungut cukai yang bernama Pilatus ingin melihat Yesus. Tetapi karena badannya pendek dan orangnya banyak, ia tidak dapat melihat Yesus. Karena itu, berlarilah ia mendahului orang banyak dan memanjat pohon ara untuk melihat Yesus."
Mendengar cerita ini, seorang anak langsung protes karena apa yang diceritakan gurunya itu salah.
Salah satu anak: "Ibu Guru, bukan Pilatus tapi Zakheus." Mendengar ucapan anak itu, anak-anak yang lain mulai ribut. Melihat keadaan seperti itu, maka untuk menutupi rasa malu, ibu guru tersebut dengan cepat mencari akal.
Guru sekolah minggu: "Tenang anak-anak, justru di situ masalahnya." Anak-anak terdiam sambil penasaran mendengar kelanjutan cerita ibu guru.
"Melihat itu, Yesus berkata: 'Hai Pilatus, jangan engkau memanjat di situ, itu bukan tempatmu. Tapi itu adalah tempat Zakheus.'"

"Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: 'Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,' dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku. Sela" (Yohanes 14:2)

Sumber: Humor Rohani, hal. 25

KUCING KAMI DEMOKRAT SEJATI

Kisah ini terjadi pada tahun 1960, ketika Partai Komunis berkuasa di Rusia.

Di sebuah sekolah dasar di Moskow, Boris yang berusia 6 tahun diminta gurunya memberikan contoh sebuah anak kalimat yang menerangkan sifat.
"Kucing kami baru saja beranak 5 ekor," kata Boris, "yang semuanya komunis sejati."
Bukan main senangnya hati pak guru melihat penguasaan Boris akan tata bahasa sekaligus slogan partai. Kalau nanti pengawas pendidikan datang ke sekolah itu, maka gurunya meminta Boris yang menjawab.
Minggu berikutnya, ketika pengawas pendidikan mengunjungi kelasnya, pak guru memberi isyarat pada Boris, agar bocah itulah yang menjawab pertanyaan yang akan dilontarkannya di depan pengawas. Pak guru pun mulai mengajukan pertanyaan.
"Kucing kami baru saja beranak 5 ekor," jawab Boris, "mereka semua demokrat sejati ...!"
Pak guru kaget dan tergagap. "Ta ... tapi Boris, minggu lalu jawabanmu bu ... bukan itu."
"Pak Guru, setelah 1 minggu, mata anak-anak kucing itu sudah terbuka lebar ...!"

"Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka." (Amsal 31:9)

Sumber: http://ketawa.com/humor-lucu/det/4993/kucing_kami_demokrat_sejati.html

Penolong Tak Di Kenal


PADA musim dingin sekitar liburan natalpada tahun 1949, ayah baru saja pulang dari perang. Di setiap jalan utama di Amerika,kita bisa banyak melihat anggota tentara berpakaian seragam, mereka mencari tumpangan untuk dapat pulang kerumah keluarganya masing-masing.
Hal itu merupakan suatu pemandangan yang lazim pada zaman itu. Sungguh menyedihkan, bahwa kegembiraan untuk bersama lagi dengan keluarga telah di bayangidengan kejadian yang tidak dapat diduga-duga. Nenekku menderita sakit parah dan harus di bawa ke rumah sakit. Ia mempunyai masalah dengan ginjalnya dan para dokter menyatakan kepada ayah, bahawa nenek ku memerlukan trasfusi darah dengan segera.
Masalahnya adalah bahwa jenis darah nenekku adalah AB, jenis yang langka, bahkan untuk masa kini. Namun waktu itu lebih sulit lagi mendapatkanya dengan segera, karena pada waktu itu belum ada bank darah. Semua anggota keluarga di Tanya jenis darah mereka, namun tida ada yang cocok. Demikianlah para dokter tidak memberikan harapan untuk keluarga, sementara neneku sedang sekarat.
Ayahku meninggalkan rumah sakit dengan sangat sedih dan ia mengumpulkan semua keluarga agar dapat melihat nenek yg terahir kalinya. Ketika ayah mengendarai mobil melalui jalan utama, ia melewati seorang anggota tentara sedang mencari tumpangan. Didalam kepedihannya saat itu ia tidak berhasrat sedikit pun untuk menolong orang. Namun, anehnya, ada suatu dorongan dari luar untuk memberu tumpangan kepada tentara itu.
Namun dengan cepat tentara itu mengetahui kalau ayah sedang sedih. Karena itu ia menanyakan hal itu kpd ayah, dengan di sertai cucuran air mata ayah menceritakan semuanya itu. Setelah hal itu terjadi keheningan sejenak di dalam mobil itu. Dan orang itu dengan telapak tangan di atas mengulurkan tangannya, diatas tanganya terdapat tanda pengenal yg biasanya di kalungkan di lehernya dan memuat segala cirri-ciri tentara itu, dan jenis darah yang tercantum diatasnya ialah AB.kemudian tentara itu meminta untuk segera diantar kerumah sakit.
sampai saat ini 47 tahun sudah kisah itu,kami tidak mengetahui nama prajurit itu, ayah sering bertnya-tanya, apakah ia prajurit atau malaikat. Seringkali kita tidak mengetahui, siapa yang Tuhan kirim untuk menolong kita, ataupun kepada siapa kita di kirim untuk menolong.
“Penulis tak di kenal”

Mengapa aku menderita???


AKU tidak mengerti tentang “mengapa” ada penderitaan kecuali penderitaan ku sendiri di tempat ini. Allah membawaku ke tempat ini untuk suatu tugas khusus.
Aku berada di sini agar dapat membimbing mereka yang menderita dan putus asah supaya datang kepada Juru selamat. Aku di minta agar member penghiburan kpd mereka. Aku berada di sini untuk menunjukan jalan ke surga bagi mereka yang tidak lama lagi akan meninggalkan dunia ini. aLasan dari penderitaan ku sendiri bukanlah masalah bagiku. Ada sesuatu lagi yang telah ku pelajari. Aku terpanggil untuk tidak harus memikul beban penderitaan dan kesengsaraan dari dunia di sekitarku. Karena itu aku berdoa, “Tuhan ajarlah aku untuk menyerahkan semua bebanku kepada-Mu sehingga aku dapat melanjutkan perjalananku tanpa menanggung beban itu lagi. Hanya Roh-Mu yang Kudus saja yang dapat mengajarkan semua hal itu, oleh karena itu berilah Roh Kudus-Mu ya Tuhan agar ku memperoleh iman sedemikian rupa sehingga aku tidak perlu menanggung beban lagi.

corry ten bom di dalam penjara Revensbruk semasa PD II

Kisah yang mengharukan... ( kisah nyata )

Saya mendapat email bagus :

Cerita di bawah ini mengingatkan kita untuk semakin dan mencintai lebih dalam kepada Tuhan.

Diambil dari cerita nyata..

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya.
Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy? Apakah kamu akan ke Sekolah?"

"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta."

"Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?"

"Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini.
Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.

Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan.Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa..
paling
tidak aku tetap dapatpergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi.
Tolong Tuhan.

Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu.
Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan....??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku.

Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku.

Hei.ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu.
Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta .

"Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun.

Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku.."

"Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!"

Andy begitu terkejut,"Dimana Bapa Pendeta Agaton..??Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja.

"Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!"

Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.dan Andypun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata dating dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,"Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?"

Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata,"Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan.

Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub..

Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan.

Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"

"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.

"Apa katanya?"

Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dikatakan?"

"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah. "Terima kasih buat kadonya.
Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.aku menangis karena bahagia..aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang.
Tapi tolong Bapa Pendeta .. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal.

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa... kecuali dengan Tuhan."

Buka Puasa Bersama Presiden AS: Islam Agama yang Besar


Presiden AS Barack Obama menyebut Islam sebagai "agama yang besar" dan memuji warga Muslim AS karena keberadaan mereka telah memperkaya budaya di negeri itu. Pujian itu disampaikan Obama dalam acara buka puasa bersama yang digelar di Gedung Putih, Selasa (1/9). "Kontribusi warga Muslim di AS sangat panjang jika ingin dibuatkan daftarnya, karena umat Islam sudah menjadi bagian dari jalinan masyarakat kita dan negara kita," kata Obama.

Acara buka puasa bersama itu dihadiri oleh para menteri kabinet, korps diplomatik, anggota legislatif, termasuk dua anggota Kongres muslim yaitu senator Keith Ellison dan Andre Carson serta para duta besar dari negara-negara Muslim dan dubes Israel untuk AS, Michael Oren. Pada kesempatan itu Obama menyatakan penghormatannya pada Islam "sebagai agama yang besar dan komitmennya terhadap kemajuan dan keadilan."

Ia mencontohkan sosok Bilqis Abdul-Qaadir yang juga hadir dalam acara itu, sebagai sosok muslim AS yang berhasil mencapai prestasi gemilang sebagai siswa sekolah menengah di Massachusets.

"Ia adalah pelajar yang terhormat, juga sebagai seorang atlet, Bilqis adalah inspirasi bagi remaja muslim, bagi kita semua," puji Obama.

Obama juga menyebut nama Muhammad Ali-ia berhalangan hadir dalam acara buka puasa bersama-yang telah memberikan kontribusi bagi AS dalam bidang olahraga tinju.

Buka puasa bersama sudah menjadi tradisi yang dilakukan Gedung Putih sejak masa Presiden AS, George W. Bush. Pada masa pemerintahan Obama, presiden pertama AS dari kalangan kulit hitam itu menyampaikan pesan-pesannya dalam rangka menyambut bulan Ramadan.

Dalam pernyataannya Obama mengatakan bahwa ibadah puasa Ramadan mengingatkan kembali prinsip-prinsip yang sama-sama diyakini oleh umat Islam maupun Kristiani dalam masalah keadilan, toleransi dan martabat umat manusia.

Semoga saja pujian Obama terhadap Islam dan Muslim bukan sekedar basa-basi mengingat masih banyak kebijakan AS yang tidak adil di sejumlah negara Muslim. Meskipun, faktanya AS telah banyak melukan ketidak adilan terhadap umat Islam di berbagai tempat, termasuk di AS sendiri yang masih terdiskrimasi dan dicurigai sebagai teroris.(ln/isc/FN/eramuslim)

Tuhan Menyelamatkanku Dari Badai Mematikan


Pada tahun 1977 Budiman bekerja sebagai seorang pelaut yang bertugas sebagai petugas radio. Bekerja di perusahaan dari Jepang ke Samarinda. Ia adalah seorang pelaut yang memiliki kebiasaan untuk mencari hiburan pada saat kapal mereka sedang sandar di darat. Hidupnya dikelilingi oleh minuman keras dan wanita. Ia merasa nyaman dengan pekerjaannya yang menurutnya adalah hidup yang enak.

Pada suatu hari dalam sebuah perjalanan rutin ke Jepang terjadi suatu peristiwa yang tak terduga. Hari masih siang, dalam perjalanan sudah terdengar berita bahwa akan ada ombak besar dan taufan Nina yang menuju ke arah kapal mereka. Tetapi setelah dipantau mereka merasa terjadi masalah jadi mereka tetap berlayar.

Pada jam 4 subuh terjadi hal yang mereka kuatirkan. Kapal diterjang ombak dan mulai miring dan bocor. Saat itu awak kapal sedang tertidur. Mereka dibangunkan dan diperintahkan untuk ke sekoci. Mereka mengirimkan tanda bahaya (sos) ke Taiwan tetapi tidak ditanggapi. Pada saat itu mereka merasa panik, putus asa dan perasaan yang sudah campur aduk.

Sekoci yang memuat awak kapal itu terkatung-katung di Laut Cina Selatan. Topan telah menghempaskan sekoci mereka dan terombang ambing di lautan. Dengan segenap kekuatan yang ada mereka berusaha untuk selamat. Pada hari pertama mereka bisa makan satu biscuit untuk dua orang. Seirit mungkin mereka menggunakan persediaan yang ada supaya mereka bisa bertahan dilautan. Pada saat itu tiba-tiba ombak datang dan menghempaskan sekoci mereka hingga terbaik. Ternyata salah satu awak kapal ada yang terjepit di sekoci dan meninggal. Saat itu mereka merasa sedih dan takut apakah mereka akan seperti itu juga.

Mereka harus menjalani hari-hari mereka tanpa persediaan makanan dan minuman. Saat yang paling sulit adalah tengah hari. Dimana matahari bersinar dengan teriknya. Suatu hari ada kapal yang lewat tetapi karena jauh, kapal itu tidak dapat melihat mereka yang sudah berteriak minta tolong.

Harapan mereka semakin menipis karena sampai pada hari ke 5 belum ada pertolongan. Pada hari yang kedelapan, saat dimana fisik sudah lelah dan lemah. Budiman membuat komitmen antara dirinya denagan Tuhan. Ia berjanji bila ia selamat dari musibah ini maka ia akan melayani dan bertobat dari hidupnya yang lama. Ia merasa belum siap mati saat itu karena ia masih belum menerima Yesus.

Memasuki hari kesepuluh, saat dimana mereka sudah pasrah. Mukjizat terjadi. Sebuah Cahaya kecil terlihat oleh mereka ditengah malam. Ternyata itu adalah sebuah kapal nelayan Honhkong yang sedang mencari ikan. Tetapi nelayan itu hanya menolong satu orang saja karena pada saat itu sedang zamannya pengungsi Vietnam yang lari. Tetapi setelah dijelaskan oleh teman mereka yang ditolong, maka akhirnya mereka semua diselamatkan.

Sejak pengalamannya tersebut, Budiman merasakan kasih dan pertolongan Tuhan yang luar biasa. Tuhan yang menciptakan dan menentukan jalan hidup, maka manusia tidak boleh putus asa. Tuhan akan menyelamatkan. Bila saat 30 tahun lalu tidak ada Tuhan, maka Budiman tidak akan ada sampai sekarang. Tuhan ada dimana-mana. Ia dapat menolong tepat pada waktunya. Tuhan sangat baik dan teramat baik.

(Kisah ini ditayangkan 10 April 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Rencana Tuhan itu Indah


Suatu hari saat saya baru lulus smp begitu banyak pergumulan yang saya hadapi, mulai dari harus memilih sekolah, tentangan orang tua saya yg tidak yakin jika saya bias hidup mandiri. Sampai saat saya harus memilih sekolah tiba, dalam pikiran saya hanya ada 2 sekolah favorit yg akan saya coba, sebut saja sekolah A da sekolah B, karena hanya 2 sekolah itu yg saya rasa bagus. Akhirnya saya mendaftar ke sekolah A, disana saya mengisi formulir, dan di suruh kembali lagi. Kemudian saya pergi ke sekolah B. di sana saya bertanya kpd pegawainya dan mereka bilang kalau pendaftaran siswa baru telah di tutup, akhirnya impian saya bersekolah di situ telah sirna, sekarang tinggal sekolah A harapanya.
Tetapi beberapa hari kemudian saya dikabari kalau saya harus menunggu lagi, dan karena terlalu lama dan sekolahan lain sudah pada masuk akhirnya, saya di beri saran oleh orang tua saya untuk mendaftar di sekolah C tapi karena saya kurang mendengar nama sekolah itu, jadi saya pikir sekolah itu kurang bermutu.
Akhirnya mau tidak mau sekolah itulah yg harus saya pilih, saya merasa terpaksa masuk di sekolah C, tetapi akhirnya setelah saya menjalani hari di sekolah itu saya mendapat banyak pengalaman berharga, saya bertemu orang-orang yang kemudian membawa saya mengenal Tuhan, saya bisa bertobat karna mengenal mereka. Kemudian saya juga aktif di gereja karna sekolah saya milik gereja itu. Saya sungguh bersyukur dapat bersekolah di situ, karena jika saya bersekolah di sekolah lain mungkin saya tidak akan pernah mendapat semua yang sekarang saya dapat.
Saudara yang terkasih dengan kisah ini saya belajar, bahwa rencana Tuhan itu tak terduga, dan pasti indah pada waktunya, jadi jika sekarang anda mengalami kegagalan, jatuh dan merasa tak ada jalan lagi, janganlah putus asah. Percayalah pada Tuhan dan yakinlah bahwa Dia punya rancangan terindah dalam hidup saya dan anda.
GBU
Penulis: evtazzz manado,2 september 2009

HARI


Sebenarnya kita hanya punya tiga hari saja
Ke-1 Hari Kemarin
anda tidak nisa mengubah apapun yang telah terjadi
anda tidak bisa menarik perkataan yang telah terucap
anda tidak mungkin lagi menghapus kesalahan
dan mengulangi kegembiraan yang anda rasakan kemarin.
Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja


Ke-2 Hari esok
Hingga mentari esok pagi terbit, anda tak tahu apa yang akan terjadi
anda tak bisa melakukan apa-apa hari esok
anda tak mungkin tau apakah anda akan sedih atau ceria esok hari
esok hari belum tiba biarkan saja

Ke-3 Hari ini
pintu masa lalu telah tertutup, pintu masa depan pun belum tiba
pusatkan saja diri anda untuk hari ini
anda bisa melakukan banyak hal hari ini jika anda mampu memanfaatkan hari kemarin dan melepaskannya

FBI (i am there)

Forum Backpacker Indonesia

pesta blogger

Pelita Hidup

CIBfast 2009

CIBFest 2008 Banner A kalo kalian suka blog ini vote di CIBfast yah...

parkour indonesia

Komunitas Parkour Indonesia

visitor

free counters

Mengenai Saya

Foto saya
manado, sulawesi utara, Indonesia
i belong to jesus