Kebenaran karena sains adalah kebenaran mutlak. Kebenaran karena iman itu adalah kebenaran relatif. Karena itu, kebenaran sains bisa menilai kebenaran iman. Karena itu, kebenaran sains berada di atas kebenaran iman. Benarkah klaim kalimat di atas? Meskipun secara tersurat kalimat di atas jarang ditulis, tetapi bukankah dalam praksisnya, hampir semua ilmuwan dan bahkan orang kristen berpikir demikian? Ketika berbicara tentang Tuhan, kitab suci, iman, kekudusan, bukankah itu TIDAK MASUK AKAL? Bukankah itu tidak benar karena susah diverifikasi oleh logika?
KEKRISTENAN adalah RASIONAL.
Pertama perlu ditegaskan adalah kekristenan sangat rasional, bahkan rasionalitas Firman SEHARUSNYA menjadi penilai dan hakim bagi semua hukum rasionalitas di dunia. Mungkin kalimat ini terlalu berani. Bukankah dunia logika bisa terlepas dari rasionalitas kristen? Adakah pembagian logika duniawi dan logika surgawi? Tentu saja tidak. Merupakan hal kontradiksi jika ada pembagian logika duniawi ( yang dipakai orang non percaya) dengan logika surgawi ( yang memakai hikmat Roh Kudus). Masalah rasionalitas adalah masalah ketaatan pada presuposisi, atau berlandaskan kepada fondasi mana? Rasionalitas anda akan dinilai pada ketaatan dan konsistensi anda dalam peletakan presuposisi anda.
Orang kristen melandaskan pada fondasi Firman. Fondasi Firman adalah penentu awal dan penentu akhir segala kebenaran. Tetapi di zaman modern, orang kristen terlalu takut dengan klaim kebenaran dunia, khususnya dari sains dan budaya relativitas. Kalau berbicara masalah iman, ketika dilawankan dengan sains, orang kristen menjadi mundur. Dan menyerahkan penilaian kepada rasio yang tercemar oleh dosa untuk menilai kebenaran Firman. Mengapa? Karena TIDAK ILMIAH. Ketika bertemu dengan kata TIDAK ILMIAH, kita menjadi ciut. Mengapa? Karena keilmiahan menentukan kebenaran. Suatu fakta atau kesimpulan dikatakan benar jika ada unsur keilmiahan, misalnya ada penelitian, penarikan silogisme dan eksperimen berulang. Bukankah iman tidak bisa diteliti? Bukankah iman kristen tidak bisa dieksperimenkan berulang-ulang? Karena itu, iman kristen tidak logis. Maka, tidak benar. Benarkah kesimpulan ini? Tentu tidak. Darimana kebenaran ilmiah itu datang? Bukankah itu datang dari KESEPAKATAN para ahli? Bukankah itu adalah PARADIGMA KEBENARAN yang dibentuk oleh zaman?
Hukum Mekanika dan gravitasi oleh Newton adalah hukum PASTI yang berlaku di dunia. Itu PASTI BENAR. Membantahnya berarti mengingkari hukum alam semesta. Tetapi apakah itu kebenaran seluruhnya? Bukankah munculnya hukum relativitas membuktikan bahwa hukum Newton kurang memadai jika diterapkan pada seluruh alam semesta? APakah hukum relativitas adalah hukum PALING BENAR? Seandainya ada hukum sains yang mengklaim kebenaran mutlak, maka seluruh penelitian dan dasar ilmu sains akan berhenti. Kebenaran sains HARUS kebenaran relatif, karena akan dibantah atau diperbaiki oleh kesimpulan baru yang diteliti setiap saat. Apakah kebenaran sains yang rapuh dapat menjadi penentu bagi kebenaran mutlak?
Mengenai verifikasi kebenaran yang mengharuskan adanya suatu sistem untuk bisa menjelaskan secara logis semua unsur-unsur dan komponen untuk dianalisa. Kebenaran sains adalah kebenaran yang harus diverifikasi, dalam arti dapat dinilai dengan suatu STANDAR. STANDAR apakah itu? Standar metode ilmiah. Apakah standar tersebut dapat dipakai untuk menilai semua kebenaran? Jadi, siapa yang menyatakan bahwa iman kristen tidak benar karena tidak bisa diverifikasi, maka kalimatnya sendiri mesti diverifikasi supaya bisa benar. Standar verifikasi dari dunia keilmuan seringkali bias, bahkan standar verifikasi harus diverifikasi terus menerus sesuai dengan kebutuhan zaman. Jadi, apakah kebenaran sains itu mutlak? Tidak.
Lalu apakah ada kebenaran mutlak? Tentu. Kebenaran yang benar adalah kebenaran yang tidak membutuhkan apapun untuk membuat dia jadi benar. Untuk membantah kebenaran suatu hal, anda harus mengacu pada kebenaran mutlak. Ketika seseorang dengan yakin berkata :" TIDAK ADA KEBENARAN ABSOLUT." Ia harus mengakui ada kebenaran absolut pada kalimatnya, barulah kalimatnya bisa menjadi benar.
Karena kalau tidak, pernyataannya menjadi salah. Anda mesti memutlakkan diri atau memutlakkan objek lain supaya bisa menilai segala sesuatu. Dalam bahasa iman, anda harus mengakui : Allah adalah kebenaran mutlak, atau manusia adalah kebenaran mutlak. Pernyataan terakhir menunjukkan adanya kuasa dosa yang membuat manusia ingin menajdi Allah. Jadi, dalam kekristenan, hanya ada dua hal : ciptaan yang terpisah dari pencipta dan ciptaan yang bergantung pada pencipta. Ciptaan adalah relatif, karena bergantung pada kemutlakan pencipta. Karena itu, manusia berdosa memutlakkan dirinya melawan Tuhan.
IMAN KRISTEN adalah IMAN YANG MENGERTI
Iman kristen adalah iman yang mencari pengertian. Iman kristen adalah mengerti bahwa Allah adalah pencipta dan kebenaran mutlak.
Ibrani 11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.
Jadi iman kristen adalah iman rasional, bukan iman membabi buta. Bukan iman kosong. Bukan iman sekedar iman. Karena itu, iman kristen dapat memakai hukum logika untuk menilai segala pernyataan di dunia. Iman kristen tidak melawan hukum logika. Justru iman adalah landasan segala pengetahuan. Tidak ada pengetahuan tanpa iman.
Amsal 1:7 Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
Permulaan pengetahuan harus didahului oleh takut akan Tuhan. Karena segala pengetahuan tanpa dasar rohani akan sia-sia, khususnya di hadapan Yang Maha Kuasa.
Jadi, apakah kebenaran sains dapat menjadi penentu kebenaran iman? Tentu tidak. Justru rasionalitas iman kristen harus menjadi penilai dan penentu kebenaran di tengah zaman ini.
cerita-kristen.com
Kebenaran Iman dan Sains
Diposting oleh
edgar tatemba
30 Agustus 2009
Label: Kisah Inspiratif
0 komentar:
Posting Komentar